Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Menunggu Nasib 9 Pelaut Indonesia Di Sarang Abu Sayyaf

Pixer
September 01, 2016
Last Updated 2016-09-01T14:19:38Z
masukkan script iklan disini
Pelaut Online -Menunggu Nasib  9 Pelaut Indonesia Di Sarang Abu Sayyaf yang selalu membuat cemas keluarga, seperti kita ketahui bahwa Sebanyak dua WNI sudah bebas dari cengkeraman kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina. Mereka masing-masing bernama Muhammad Sofyan dan Ismail, yang berhasil lolos dari pengawasan penculiknya pada Rabu, 17 Agustus 2016 silam.

Namun, kebebasan keduanya dari kelompok Abu Sayyaf justru membuat para sandera lainnya justru terancam nyawanya.

Hukuman pemenggalan kepala kerap menghantui mereka jika saja permintaan kelompok radikal itu tak dipenuhi otoritas negara mereka masing-masing. Sebelum dipulangkan ke keluarganya di Indonesia, Sofyan dan Ismail terlebih dahulu ditampung di kantor otoritas Filipina. Kondisi kesehatan mereka pun tak luput diperiksa.

Setelah menunggu hampir dua pekan, keduanya dapat segera kembali berkumpul dengan keluarga mereka. Jumat 26 Agustus tengah malam, keduanya kembali menginjakkan kaki di tanah kelahirannya, Indonesia.

"Pada Sabtu 27 Agustus 2016 pukul 12.00 WIB Menlu RI atas nama pemerintah telah melakukan serah terima keduanya kepada keluarga masing-masing. Keduanya berada dalam kondisi sehat," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir Senin 29 Agustus lalu.

Namun, proses serah terima tidak dilakukan secara terbuka sebagaimana kepada sandera Abu Sayyaf sebelumnya. Arrmanatha mengatakan hal itu merupakan permintaan langsung dari Muhammad Sofyan dan Ismail beserta keluarga masing-masing.

"Sofyan dan Ismail juga meminta kepada media agar mereka dan keluarga diberi privasi. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga perasaan keluarga dari lima sandera Abu Sayyaf dari kapal Tugboat Charles lainnya yang belum dibebaskan," pungkas Tata -sapaan akrab Arrmanatha.

Sebelumnya, 10 orang WNI yang sempat diculik pada bulan Maret 2016 lalu akhirnya dibebaskan setelah perusahaan tempat para sandera tersebut bekerja rela membayar uang tebusan. Namun negara lain, seperti Kanada menolak membayar tebusan sehingga dua warganya dalam tiga bulan terakhir tewas dipenggal kelompok ekstremis itu.

Saat ini masih terdapat 16 sandera asing lainnya termasuk sembilan orang WNI yang menjadi tawanan mereka. Sedangkan warga lainnya masing-masing ialah lima orang asal Malaysia, seorang warga negara Norwegia, satu orang Belanda, dan lima orang lainnya merupakan warga Filipina.

Kelompok Abu Sayyaf beberapa kali telah mengultimatum pemerintah RI untuk segera membayar uang tebusan bagi para WNI yang ditawan. Jika diabaikan, mereka mengancam tak segan akan memenggal semua WNI pada 15 Agustus lalu. Kendati begitu, pemenggalan tersebut hingga kini belum kunjung dilakukan. Hingga akhirnya dua pelaut Indonesia berhasil kabur dengan cara berenang.

Untuk diketahui, kelompok Abu Sayyaf memang sangat mengandalkan pemasukan dari uang tebusan untuk membiayai kegiatan operasional mereka termasuk pembelian senjata. Tak heran jika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tsudah sejak lama mendesak semua negara yang warganya menjadi korban pemerasan kelompok ektremis untuk menolak membayar uang tebusan.

Filipina Terus Gempur Abu Sayyaf

Militer Filipina terus meningkatkan upaya memberantas kelompok Abu Sayyaf. Juru Bicara Kepresidenan Filipina, Ernesto Abella, mengumumkan rencana penambahan pasukan militer ke pulau yang menjadi markas dari Abu Sayyaf.

Sepanjang akhir pekan lalu, militer Filipina telah berhasil menewaskan puluhan anggota Abu Sayyaf di Pulau Jolo. Operasi tersebut dilakukan setelah Presiden Rodrigo Duterte memerintahkan pemusnahan kelompok yang berafiliasi ke ISIS itu.

“Kami akan mengerahkan kekuatan penuh dengan meluncurkan segala sumber daya yang kami punya melawan Abu Sayyaf di Jolo. Kami akan menambahkan pasukan sebanyak lima batalyon atau sekira 2.500 orang,” ujar Ernesto Abella.

Abu Sayyaf selama ini merongrong keamanan serta stabilitas di Filipina. Kelompok tersebut dikenal sering melakukan penyanderaan. Uang tebusan dari para sandera dimanfaatkan untuk membiayai operasional kelompok seperti membeli persenjataan.

Tidak hanya menyandera warga lokal Filipina, Abu Sayyaf juga gemar menyandera warga negara asing. Tercatat, warga Kanada, Indonesia, dan Malaysia menjadi korban penyanderaan mereka di Pulau Jolo.

DPR Gelar Rapat dengan Menlu

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi meminta diadakan rapat tertutup guna menjawab pertanyaan Komisi I DPR RI soal pembebasan WNI sandera Abu Sayyaf dan keanggotaan kelompok separatis Papua di MSG. Para awak media yang meliput jalannya rapat sejak pagi pun diminta untuk keluar dari balkon atas ruang sidang.

Anggota Komisi I DPR RI sebelumnya mempertanyakan perihal pembebasan sembilan WNI yang tersisa kali ini, mengapa terlalu berlarut-larut. Padahal penyanderaan pertama dan kedua sudah cepat pembebasannya.

Dari 11 ABK yang terakhir disandera empat kelompok bersenjata yang berbeda, dua di antaranya telah melarikan diri. Kedua ABK tugboat Charles itu ditemukan di Desa Barangay, Bual, Kota Luuk, Filipina. Mereka ialah Muhammad Sofyan yang sampai di Pantai Bangaray pada Rabu 17 Agustus pukul 07.00 dan Ismail ditemukan warga pada sorenya pukul 16.30 waktu Filipina.

Terhitung, lima ABK tugboat Charles kawanan Sofyan dan Ismail sudah 71 hari disandera dua kelompok Abu Sayyaf yang berbeda. Mereka diculik pada 21 Juni di perairan Jolo, Filipina Selatan saat berlayar pulang menuju Samarinda, Kalimantan Selatan, Indonesia.  via news.okezone.com lowongan Keja pelaut terbaru 2016 pelaut.dephub.go.id Indonesian Seafarer Database sertifikat pelaut pertamina
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl