masukkan script iklan disini
Pelaut Online - Pelaut Senior Serukan Sudah Tiba Saatnya Untuk Kuatkan Organisasi Pelaut Seperti KPI (Kesatuan Pelaut Indonesia) Dengan Programkan Bela Negara, Dimaksud Agar ABK WNI Tidak Terus Menerus Dijadikan Sandera Kelompok Perompak Jika Sedang Berlayar Karena Sudah Dibekali Cara Bagaimana Menangkal Dan Melawannya.
Tentunya Segera Gelar Kongres Luar Biasa (KLB) KPI Agar Terpilih Pengurus Pusat (PP) KPI Yang Pemberani, Punya Nyali Dan Benar-Benar Pembela Pelaut Secara All Out, Sebab Selama Ini Hanya Diurus Oleh Para Begal Yang Tidak Ada Rasa “Sense Of Belongin” Dari KPI Yang Dibentuk Untuk Perlindungan Dan Kesejahteraan Pelaut Indonesia Secara Hakiki.
Pelaut Indonesia Sudah Berada Pada Krisis Dan Harus Dikembalikan Sebagai Bangsa Pelaut Yang Pernah Jaya Di Laut, Hanya Dengan Diperkuatnya Organisasi KPI Oleh PP KPI Yang Baru Hasil KLB, Tiada Lain. Hanya Dari Diri Pelaut Sendiri Untuk Membebaskan Dari Hantu Perompak Yang Semakin Gencar Menyandera Pelaut Indonesia Dengan Organisasi KPI Yang Kuat.
WNI Kembali Disandera, Kewibawaan Indonesia Dipertanyakan
Senin, 11 Juli 2016 | 15:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari prihatin penyanderaan warga negara Indonesia kembali terjadi. Terakhir, tiga anak buah kapal (ABK) Indonesia disandera.
Ia menilai, penyanderaan WNI yang sudah kesekian kalinya menunjukkan bahwa negara telah dilecehkan dan kewibawaan Indonesia tak diperhitungkan.
"Komisi I prihatin sekali dengan penculikan keempat dan mereka tidak menghitung kita. Kalau kita disegani, tidak mungkin ada pihak yang berani menculik warga negara Indonesia," tutur Abdul saat dihubungi, Senin (11/7/2016).
Ia menambahkan, pemerintah tak bisa melakukan usaha penyelamatan dengan instan. Pertama, pemerintah Indonesia perlu membangun diplomasi luar negeri yang semakin baik.
Kedua, postur Indonesia harus lebih diperhitungkan di mata asing, terutama dengan membentuk citra kewibawaan negara.
Abdul menilai, diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia masih belum efektif mengingat masalah penyanderaan masih terjadi.
"Diplomasinya belum berhasil karena ternyata tidak sampai hasilnya dipahami di bawah. Kenyataannya masih ada yang disandera," kata politisi Partai Keadilan Sejahtera itu.
Ia pun mengingatkan agar solusi untuk penyanderaan ini tidak diarahkan pada pemberian tebusan kepada pihak Abu Sayyaf.
Pemerintah, kata Abdul, seharusnya tidak sekadar menjadikan penyanderaan ini sebagai bahan pembelajaran semata.
"Belajarnya jangan terlalu lama, apalagi ini sudah keempat kalinya," tutup Abdul.
Tiga WNI Lorens Koten selaku juragan kapal, Emanuel, dan Teodorus Kopong sebagai ABK diculik di perairan kawasan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu Sabah, Negara Bagian Malaysia.
Ketiganya berada di kapal pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Lim. Ketiga WNI diculik oleh lima orang bersenjata laras panjang yang berbahasa Sulu.
“Ketiga anak kapal suku Nusa Tenggara Timur mengaku memiliki paspor Indonesia dibawa penculik. Sedang empat lainnya, satu warga NTT dan tiga warga Palauh (Filipina) dibebaskan,” ujar Muhammad Fatah, Konsulat RI di Tawau–Malaysia, Minggu (10/7/2016).
Saat itu, kapal pukat tunda yang sedang mencari ikan ditumpangi tujuh pekerja, yang terdiri dari empat WNI dari Nusa Tenggara Timur dan tiga warga Bajau Palauh, FIlipina. Empat orang dibebaskan.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa tiga WNI itu disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Sebelum penyanderaan tiga WNI, tujuh anak buah kapal (ABK) WNI lebih dulu disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina Selatan.
Penyanderaan itu terjadi pada Senin (20/6/2016). Selain membajak kapal, penyandera meminta tebusan sebesar Rp. 60 miliar.
Sebelumnya, 10 WNI ABK kapal tunda Brahma 12 disandera kelompok Abu Sayyaf dan dibebaskan pada awal Mei 2016.
Selain itu, empat ABK kapal tunda Henry juga disandera kelompok yang sama. Keempatnya dibebaskan pada pertengahan Mei 2016.
Sangat Memprihatinkan,
Selamat Berjuang Selalu Sahabat
Jakarta, 11 Juli 2016.
Mungkin itulah Artikel Berita Hari ini dan terimakasih telah baca postingan Pelaut Indonesia Sudah Krisis Di Negeri Sendiri Apa Lagi Dimata Dunia Baca juga Kapten Tereliminasi Apa Lagi Hanya AB Pasti Jonan Tidak Mau Tahu Keluh Pelaut job perusahaan kapal untuk pelaut terbaru 1 juni dan juli 2016
Tentunya Segera Gelar Kongres Luar Biasa (KLB) KPI Agar Terpilih Pengurus Pusat (PP) KPI Yang Pemberani, Punya Nyali Dan Benar-Benar Pembela Pelaut Secara All Out, Sebab Selama Ini Hanya Diurus Oleh Para Begal Yang Tidak Ada Rasa “Sense Of Belongin” Dari KPI Yang Dibentuk Untuk Perlindungan Dan Kesejahteraan Pelaut Indonesia Secara Hakiki.
WNI Kembali Disandera, Kewibawaan Indonesia Dipertanyakan
Senin, 11 Juli 2016 | 15:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari prihatin penyanderaan warga negara Indonesia kembali terjadi. Terakhir, tiga anak buah kapal (ABK) Indonesia disandera.
Ia menilai, penyanderaan WNI yang sudah kesekian kalinya menunjukkan bahwa negara telah dilecehkan dan kewibawaan Indonesia tak diperhitungkan.
"Komisi I prihatin sekali dengan penculikan keempat dan mereka tidak menghitung kita. Kalau kita disegani, tidak mungkin ada pihak yang berani menculik warga negara Indonesia," tutur Abdul saat dihubungi, Senin (11/7/2016).
Ia menambahkan, pemerintah tak bisa melakukan usaha penyelamatan dengan instan. Pertama, pemerintah Indonesia perlu membangun diplomasi luar negeri yang semakin baik.
Kedua, postur Indonesia harus lebih diperhitungkan di mata asing, terutama dengan membentuk citra kewibawaan negara.
Abdul menilai, diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia masih belum efektif mengingat masalah penyanderaan masih terjadi.
"Diplomasinya belum berhasil karena ternyata tidak sampai hasilnya dipahami di bawah. Kenyataannya masih ada yang disandera," kata politisi Partai Keadilan Sejahtera itu.
Ia pun mengingatkan agar solusi untuk penyanderaan ini tidak diarahkan pada pemberian tebusan kepada pihak Abu Sayyaf.
Pemerintah, kata Abdul, seharusnya tidak sekadar menjadikan penyanderaan ini sebagai bahan pembelajaran semata.
"Belajarnya jangan terlalu lama, apalagi ini sudah keempat kalinya," tutup Abdul.
Tiga WNI Lorens Koten selaku juragan kapal, Emanuel, dan Teodorus Kopong sebagai ABK diculik di perairan kawasan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu Sabah, Negara Bagian Malaysia.
Ketiganya berada di kapal pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Lim. Ketiga WNI diculik oleh lima orang bersenjata laras panjang yang berbahasa Sulu.
“Ketiga anak kapal suku Nusa Tenggara Timur mengaku memiliki paspor Indonesia dibawa penculik. Sedang empat lainnya, satu warga NTT dan tiga warga Palauh (Filipina) dibebaskan,” ujar Muhammad Fatah, Konsulat RI di Tawau–Malaysia, Minggu (10/7/2016).
Saat itu, kapal pukat tunda yang sedang mencari ikan ditumpangi tujuh pekerja, yang terdiri dari empat WNI dari Nusa Tenggara Timur dan tiga warga Bajau Palauh, FIlipina. Empat orang dibebaskan.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa tiga WNI itu disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Sebelum penyanderaan tiga WNI, tujuh anak buah kapal (ABK) WNI lebih dulu disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina Selatan.
Penyanderaan itu terjadi pada Senin (20/6/2016). Selain membajak kapal, penyandera meminta tebusan sebesar Rp. 60 miliar.
Sebelumnya, 10 WNI ABK kapal tunda Brahma 12 disandera kelompok Abu Sayyaf dan dibebaskan pada awal Mei 2016.
Selain itu, empat ABK kapal tunda Henry juga disandera kelompok yang sama. Keempatnya dibebaskan pada pertengahan Mei 2016.
Sangat Memprihatinkan,
Selamat Berjuang Selalu Sahabat
Jakarta, 11 Juli 2016.
Mungkin itulah Artikel Berita Hari ini dan terimakasih telah baca postingan Pelaut Indonesia Sudah Krisis Di Negeri Sendiri Apa Lagi Dimata Dunia Baca juga Kapten Tereliminasi Apa Lagi Hanya AB Pasti Jonan Tidak Mau Tahu Keluh Pelaut job perusahaan kapal untuk pelaut terbaru 1 juni dan juli 2016