masukkan script iklan disini
Pelaut Online - Pelaut Senior Tetap Minta Pemerintah Perhatikan Adanya Kapal Indonesia Yang Di Duga Di Sandera Lagi Oleh Kelompok Abu Sayyaf
Pembajakan kapal yang diduga dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf terjadi lagi. Setelah sebelumnya 2 kapal tugboat asal Indonesia dibajak, kali ini kembali kapal tugboat bernama Charles 001 dengan 13 anak buah kapal (ABK) warga Negara Indonesia (WNI) dibajak dan disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan perbatasan Kalimantan Utara dan Filipina.
Informasi itu disampaikan oleh salah satu istri korban sandera, bernama Dian Megawati Amad. Mega mengaku mendapatkan telepon dari suaminya, Ismail (Mualim 1).. “Suami saya menelepon pukul 10.00 Wita pada hari Rabu, tanggal 22 Juni 2016, dan mengaku kapalnya dibajak oleh Abu Sayyaf,” kata Mega yang ditemui di kediamannya di Sungai Kapih.
Mega mengatakan, saat itu suaminya sedang dibawa ke sebuah pulau yang tak diketahui namanya. Untuk diketahui, tugboat Charles 001 berangkat dari Sanga-Sanga Kutai Kartanegara tanggal 5 Juni lalu dan membawa 13 ABK. Info dari Mega, 7 ABK dibawa ke satu pulau dengan memakai dua kapal, sementara sisanya dibiarkan berada di kapal.
Kelakuan kelompok Abu Sayyaf makin ganas, kini tugboat Charles 001 dari Sanga-Sanga yang dibajak. Informasi dari Ismail (Mualim 1), yang menelepon istrinya, Mega, di Samarinda, kelompok Abu Sayyaf meminta uang tebusan sebesar 20 juta Ringgit Malaysia (RM), atau sekitar Rp 59,2 miliar (kurs 1 ringgit Rp2.960).
Sebagai informasi, tugboat sebelumnya berangkat dari Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara (Kukar), pada 5 Juni lalu dan membawa 13 ABK. Selain itu, penelepon juga meminta memanggil sejumlah perwakilan pemerintahan, jurnalis untuk diberitahu kabar penyanderaan tersebut. Kabar ini segera membuat seluruh awak media lokal dan nasional berkumpul di halaman kantor PT Rusianto Bersaudara, pemilik tugboat, di Samarinda.
Tampak pula, Mega bersama beberapa keluarga tujuh ABK lainnya bertemu perwakilan pihak perusahaan, sekitar pukul 14.00 Wita. Dua jam bertemu dengan petinggi perusahaan tempat di suaminya bekerja, pihak keluarga kembali pulang lantaran tak menemui titik temu soal kabar tersebut.
Kabar penyanderaan dengan cepat menggemparkan sejumlah petinggi, dari level daerah hingga nasional. Pemberitaannya pun beredar cepat di media online dan media sosial (medsos).
Keluar dari kantor, Mega langsung dihadang dan disorot kamera. “Saya sudah memberikan nomor telepon yang menghubungi saya sebelumnya,” sebut istri Ismail (33 tahun) ini. Cemas masih melanda sejumlah keluarga lain, yang anggota kerabat mereka juga disebut-sebut menjadi korban penyanderaan.
Mega memang menyebut, nomor yang menghubunginya merupakan nomor lokal dari Jakarta. “Saya panik, tidak terpikir sampai memastikan dulu,” sebut Mega. Seorang pria yang diketahui sebagai penyandera menyebutkan, kondisi Ismail dan enam rekan lainnya aman di salah satu rumah. Bahkan, saat diperhatikan lebih detail, Mega mendengar suara orang lain menggunakan bahasa Inggris dengan maksud menegaskan permintaan tebusan.
Kecurigaan Mega bertambah, sejumlah suami tetangganya yang berada satu kapal dengan suaminya tak bisa dihubungi. “Katanya hanya tujuh orang dan dibagi menjadi dua kelompok, ada yang tiga dan ada yang empat,” sebut Mega. Padahal, ada 13 orang yang berada di atas tugboat Charles 001 tersebut. Ujar penelepon Mega, enam orang lain dibiarkan berlayar untuk memberikan kabar kepada keluarga korban.
Informasi yang dikumpulkan Kaltim Post, keberadaan kapal yang membawa Ismail dan 12 orang lainnya dari Filipina itu berada di perairan Tarakan. Sumber informasi terpercaya Kaltim Post mengatakan, bahwa kapal sudah berlayar menuju Samarinda. Pihak perusahaan juga sudah berkoordinasi dengan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Samarinda bahwa kapal sudah di Pulau Maratua, Berau, yang berbatasan langsung dengan perairan Malaysia. Dari pihak perusahaan, sudah berkoordinasi dengan Polda Kaltim untuk mengecek keberadaan kapal dan nomor si penelepon. “Menggunakan nomor dari Bandung dan Jakarta,” ungkap pria yang namanya enggan dikorankan tersebut.
Terpisah, Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Fajar Setiawan menerangkan, kabar penyanderaan yang dilakukan komplotan Abu Sayyaf itu tidak benar. “Pelaku diduga melakukan penipuan. Saya meminta masyarakat untuk tidak langsung memercayai kabar tersebut,” sebut Fajar.
Melalui pelacakan nomor, telepon yang digunakan merupakan sindikat penipuan. Sementara itu, disinggung mengenai keberadaan para sandera, Fajar mengaku masih menyelidikinya. Sayangnya, di dua kantor PT Rusianto Bersaudara di Jalan Telkom, Sambutan dan di Jalan Mulawarman, Samarinda Kota yang dihampiri media ini, pihak perusahaan memilih menutup diri dan menghindari awak media.
Dari Tarakan, Kaltim Post ini juga memastikan kabar penyanderaan tersebut. Radar Tarakan (Kaltim Post Group) mengonfirmasi ke Lantamal XIII Tarakan. Kabar yang didapat, informasi pembajakan tersebut adalah palsu alias hoax. “Itu informasi palsu. Posisi kapal pada pukul 18.30 Wita berada sekitar 100 mil dari Kepulauan Maratua dan sedang bergerak menuju Samarinda,” kata Kolonel Laut (P) Djamaludin Malik, Asops Lantamal XIII Tarakan.
Sebab, setelah dilakukan tracking terhadap posisi kapal oleh pihak KSOP Samarinda, tugboat Charles 001 yang menarik tongkang Robby 152 sedang berada di perairan Indonesia. Posisi tepatnya berada di koordinat 02.37.06 U/119.26.08 T dengan kecepatan kapal 7,5 knot haluan 218 derajat. Kepastian ini, lanjut Djamaludin, setelah pihaknya mendapat konfirmasi dan koordinasi dari KSOP Samarinda yang melakukan track.
Hingga malam tadi, Lantamal XIII Tarakan juga melakukan koordinasi yang intens dengan pihak perusahaan, melalui Joko sebagai Kepala Operasional PT Rusianto Bersaudara.
Dijelaskan Djamaludin, setelah informasi ini beredar luas di masyarakat, petugas Lantamal langsung melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk ke Polda Kaltim untuk dilakukan penyelidikan. Dan ternyata, diketahui bahwa nomor telepon yang menghubungi Mega dan memberitakan suaminya disandera adalah nomor telepon dari operator Indonesia.
“Hasil koordinasi dengan Polda Kaltim, dan dilacak ternyata nomor tersebut adalah nomor Bandung. Setelah dicek posisinya berada di Jalan Petamburan Timur (Jakarta),” jelas Djamaludin. Anehnya, saat dilakukan penyelidikan, penelepon gelap tersebut sempat menghubungi kembali dan memberikan nomor telepon baru untuk minta dilakukan negosiasi dengan nomor 021-0000007. “Setelah dicek di Google ternyata ini nomor sindikat penipuan,” tegas Djamaludin.
Meski demikian, pihaknya tetap akan terus melakukan pemantauan terhadap kapal ini. Sebab, hingga malam tadi, kapal tersebut belum dapat dihubungi melalui radio karena berada di Laut Sulawesi. “Kalau benar kapal itu disandera, sudah kita habisi saja karena berada di perairan Indonesia,” ujarnya. Pihak TNI AL pun sudah menyiagakan beberapa KRI di Laut Sulawesi untuk melakukan pengejaran dan memastikan bahwa tugboat Charles 001 yang menarik tongkang Robby 152 benar-benar aman dari pembajak laut.
Beberapa pihak memang bisa saja membantah adanya pembajakan dan penyanderaan kapal tugboat Charles 001 dan tongkang Roby 152 oleh kelompok Abu Sayyaf. Namun fakta menguatkan jika penyanderaan memang terjadi.
Sumber Prokal.co membeberkan, Kamis (23/6) hari ini pukul 10.30 Wita, pihak perusahaan pemilik kapal PT Rusianto Bersaudara yang berada di Jalan Mulawarman Samarinda telah dilaksanakan rapat koordinasi membahas penyanderaan awak tugboat Charles 001 ini. “Ada rapat yang dilaksanakan tadi dan dihadiri instansi terkait,” kata sumber itu.
Ada 7 anak buah kapal (ABK) yang disandera kelompok Abu Sayyaf itu. Sementara 6 ABK lainnya dilepas dan kembali pulang. Ke 7 ABK yang sampai saat ini tak diketahui keberadaannya itu bernama Ferry Arifin (Nakhoda), Muhammad Mahbrur Dahri (KKM), Edy Suryono (Masinis II), Ismail (Muallim 1), Muhammad Sofyan (Oilman), dan Robin Piter (Jurumudi).
Sebelumnya diberitakan, tugboat Charles 001 menarik tongkang Roby 152 berangkat dari Sangasanga Kutai Kartanegara dengan muatan batubara. Dalam perjalanan tak ada hambatan. Namun saat kembali, di perairan Filipina, kapal ini dibajak. Menurut keterangan Mega, istri dari Ismail (Mualim 1) yang ditelepon oleh suaminya, ke 7 ABK itu dibawa dengan dua kapal motor ke sebuah pulau. Sementara 6 lainnya dilepas.
Bisa dibayangkan bagaimana kalutnya para awak tugboat Charles 001 saat pembajak dari kelompok Abu Sayyaf menyergap mereka. Dari cerita awak kapal tugboat Charles 001 yang selamat bernama Syahril (Masinis IV), saat masih di perairan Filipina, 2 perahu mengejar mereka. Sampai di tugboat, kelompok Abu Sayyaf itu langsung mengancam dengan senapan laras panjang dan pistol.
“Kira-kira pukul 11.30 Wita, perahu pertama sampai dan membawa 3 orang awak kapal kami,” Syahril mengatakan, saat itu kelompok 5 orang pembajak berpakaian sipil namun menenteng senjata dan bisa berbahasa melayu.
Setelah dibajak dan awak kapal di sandera, sisa awak kapal sempat memutuskan akan kembali ke Filipina, dengan maksud melaporkan kejadian ini kepada aparat berwenang di Filipina, sekaligus menyelamatkan diri.
Namun, cobaan bagi awak Charles 001 belum selesai, datang kelompok lainnya. 20 menit kemudian, datang lagi kelompok Abu Sayyaf lainnya. “Kali ini mereka berseragam loreng, dan berbahasa Filipina (Tagalog),” lanjutnya.
Kelompok kedua ini berisikan 10 orang. Mereka kemudian membawa 4 orang awak kapal. Total 7 awak kapal yang dibawa dan disandera kelompok Abu Sayyaf ini. Diduga, kelompok yang menculik dan menyandera awak tugboat Charles 001 adalah faksi Abu Sayyaf yang berbeda satu sama lainnya.
Setelah kehilangan 7 awak kapal, sisa awak kapal lainnya (6 orang) memutuskan sesegera mungkin ke perairan Indonesia atau Malaysia, untuk menyelamatkan diri. “Saat itu kami merasa dikejar, terdengar suara tembakan,” katanya. Untuk mempercepat pelarian, awak kapal memutuskan melepas tongkang Roby 152. “Ya terpaksa kami memutus tongkang, agar kapal bisa melaju lebih cepat. Apalagi kami memang terus dikejar,” lanjutnya.
Keputusan mereka tepat, kelompok Abu Sayyaf tak lagi mengejar, dan tugboat naas itu akhirnya bisa mendekat ke perairan Indonesia-Malaysia yang lebih aman. Diperkirakan Jumat besok (24/6), tugboat Charles 001 sudah tiba di Samarinda.
Sebelumnya diberitakan, 7 awak tugboat Charles 001 yang menarik tongkang Roby 152 berangkat dari Sanga-Sanga Kaltim menuju Filipina. Perjalanan ke Filipina lancar, namun saat kembali dari Filipina, tepatnya Senin lalu (20/6) kapal dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf.
Pihak TNI dan kepolisian sempat membantah adanya pembajakan dan penyanderaan dan menyatakan kabar tersebut tak benar alias hoax. Pihak perusahaan PT Rusianto Bersaudara sendiri mengakui sempat tak percaya ada pembajakan dan penyanderaan. Alasannya, saat di tracking kapal baik saja dan berada di perairan Indonesia. Pun pembajak yang menelepon Mega, istri dari Ismail (Mualim 1), nomornya tercatat nomor Bandung. Bahkan dicurigai bagian dari sindikat penipuan, karena meminta tebusan miliaran rupiah.
(iza)
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memastikan bahwa kabar penculikan terhadap warga negara Indonesia (WNI) oleh kelompok Abu Sayyaf adalah tidak benar.
"Saya pastikan itu bohong," kata Gatot, usai menghadiri buka bersama di kediaman Ketua DPD Irman Gusman, Jakarta, Rabu (22/6/2016). Namun Mega istri Ismail mengaku, "Saya enggak tahu lagi harus gimana. Yang penting, mudah-mudahan ini bisa segera ditangani Pemerintah Indonesia, dan saya berharap suami cepat pulang," ucapnya.
Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan informasi penyanderaan kapal asal Indonesia, Tugboat Charles 00 beserta 13 ABK oleh kelompok militan Abu Sayyaf di perairan Filipina pada Rabu (22/6) juga tidak benar. Hal itu dipastikan setelah menghubungi pihak yang mengatasnamakan keluarga awak kapal tersebut. "Kami konfirmasi dengan staf KSOP Samarinda atas nama bapak Zul Qodri berita tersebut tidak benar," kata Eddy Mulya selaku Minister Counsellor-Political Affairs KBRI Manila.
Eddy mengatakan, hasil koordinasi dengan bapak Joko selaku kepala operasional PT.Rusianto Bersaudara, yang memberikan keterangan bahwa nomor telepon yang menghubungi Ibu Mega (istri Ismail, Mualim 1) yang memberitakan suaminya disandera adalah nomor 3 (three). Namun setelah diselidiki keberadaan nomor tersebut tidak jelas. Sebelumnya, informasi penyanderaan susulan ini disampaikan Mega, bahwa suaminya mengabarkan melalui sambungan telepon sekitar pukul 11.00 WITA pagi tadi. Kelompok Abu Sayyaf juga dikabarkan meminta uang tebusan 20 juta ringgit.
"Ada nomor lain telpon ke handphone saya, ternyata suami saya yang menelpon, mengabarkan kalau dia disandera Abu Sayyaf di atas kapal," kata Mega kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, di kawasan Sungai Kapih RT 04, Sambutan, Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (22/6). "Suami saya minta diberitahukan ke perusahaan (PT Rusianto Bersaudara) bahwa penyandera minta uang tebusan 20 juta ringgit," sebut Mega, sambil menitikkan air matanya.
Kediaman Mega, terus berdatangan tetangga dan sanak keluarganya, menaruh iba terkait kabar itu. Untuk sementara ini, dari pihak perusahaan yang berkantor di Samarinda, belum berhasil dikonfirmasi terkait kabar penyanderaan 13 ABK Tugboat Charles 00 itu.
Baik Panglima TNI dan pejabat Kemenlu, adalah bagian dari pembantu Presiden Jokowi. Daam misi Nawa Cita nya salah satu jika ada persoalan pada rakyat, maka negara hrus hadir dalam rangka melindungi segenap bangsa Indonesia. Benar atau tidaknya, sebaiknya Panglima TNI dan pejabat Kemenlu mencari tahu secara benar, tepat dan pasti. Jika pun ada kebohongan, hasil pelacakan nomor hap yang kontak Mega harusnya ditahan jika dianggap ada modus penipuan.
Jangan hendaknya disusahkan keluarga pelaut yang sedang dirundung duka ditengah ketidak pastian ketika baik Panglim TNI maupun pejabat Kemenlu menyatakannya berita tidak benar. Sekali lagi kami, Pelaut Senior, minta jangan membuat susah keluarga pelaut yang ditinggalkan suaminya untuk menafkahi seisi rumah tangganya. Dengan demikian, bohongnya berita itupun seharusnya Negara Hadir untuk memberi ketenangan keluarga pelaut yang juga warga negara Indonesia ini.
Selamat Berjuang Selalu Sahabat ....
Jakarta, 23 Juni 2016.
Baca juga 7 ABK Indonesia Disandera Kelompok Teroris Abu Sayyaf Filipina?
kata-kata gombal pelaut gaji besar seorang pelaut diatas kapal kontainer cruise
Pembajakan kapal yang diduga dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf terjadi lagi. Setelah sebelumnya 2 kapal tugboat asal Indonesia dibajak, kali ini kembali kapal tugboat bernama Charles 001 dengan 13 anak buah kapal (ABK) warga Negara Indonesia (WNI) dibajak dan disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan perbatasan Kalimantan Utara dan Filipina.
Informasi itu disampaikan oleh salah satu istri korban sandera, bernama Dian Megawati Amad. Mega mengaku mendapatkan telepon dari suaminya, Ismail (Mualim 1).. “Suami saya menelepon pukul 10.00 Wita pada hari Rabu, tanggal 22 Juni 2016, dan mengaku kapalnya dibajak oleh Abu Sayyaf,” kata Mega yang ditemui di kediamannya di Sungai Kapih.
Mega mengatakan, saat itu suaminya sedang dibawa ke sebuah pulau yang tak diketahui namanya. Untuk diketahui, tugboat Charles 001 berangkat dari Sanga-Sanga Kutai Kartanegara tanggal 5 Juni lalu dan membawa 13 ABK. Info dari Mega, 7 ABK dibawa ke satu pulau dengan memakai dua kapal, sementara sisanya dibiarkan berada di kapal.
Kelakuan kelompok Abu Sayyaf makin ganas, kini tugboat Charles 001 dari Sanga-Sanga yang dibajak. Informasi dari Ismail (Mualim 1), yang menelepon istrinya, Mega, di Samarinda, kelompok Abu Sayyaf meminta uang tebusan sebesar 20 juta Ringgit Malaysia (RM), atau sekitar Rp 59,2 miliar (kurs 1 ringgit Rp2.960).
Sebagai informasi, tugboat sebelumnya berangkat dari Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara (Kukar), pada 5 Juni lalu dan membawa 13 ABK. Selain itu, penelepon juga meminta memanggil sejumlah perwakilan pemerintahan, jurnalis untuk diberitahu kabar penyanderaan tersebut. Kabar ini segera membuat seluruh awak media lokal dan nasional berkumpul di halaman kantor PT Rusianto Bersaudara, pemilik tugboat, di Samarinda.
Tampak pula, Mega bersama beberapa keluarga tujuh ABK lainnya bertemu perwakilan pihak perusahaan, sekitar pukul 14.00 Wita. Dua jam bertemu dengan petinggi perusahaan tempat di suaminya bekerja, pihak keluarga kembali pulang lantaran tak menemui titik temu soal kabar tersebut.
Kabar penyanderaan dengan cepat menggemparkan sejumlah petinggi, dari level daerah hingga nasional. Pemberitaannya pun beredar cepat di media online dan media sosial (medsos).
Keluar dari kantor, Mega langsung dihadang dan disorot kamera. “Saya sudah memberikan nomor telepon yang menghubungi saya sebelumnya,” sebut istri Ismail (33 tahun) ini. Cemas masih melanda sejumlah keluarga lain, yang anggota kerabat mereka juga disebut-sebut menjadi korban penyanderaan.
Mega memang menyebut, nomor yang menghubunginya merupakan nomor lokal dari Jakarta. “Saya panik, tidak terpikir sampai memastikan dulu,” sebut Mega. Seorang pria yang diketahui sebagai penyandera menyebutkan, kondisi Ismail dan enam rekan lainnya aman di salah satu rumah. Bahkan, saat diperhatikan lebih detail, Mega mendengar suara orang lain menggunakan bahasa Inggris dengan maksud menegaskan permintaan tebusan.
Kecurigaan Mega bertambah, sejumlah suami tetangganya yang berada satu kapal dengan suaminya tak bisa dihubungi. “Katanya hanya tujuh orang dan dibagi menjadi dua kelompok, ada yang tiga dan ada yang empat,” sebut Mega. Padahal, ada 13 orang yang berada di atas tugboat Charles 001 tersebut. Ujar penelepon Mega, enam orang lain dibiarkan berlayar untuk memberikan kabar kepada keluarga korban.
Informasi yang dikumpulkan Kaltim Post, keberadaan kapal yang membawa Ismail dan 12 orang lainnya dari Filipina itu berada di perairan Tarakan. Sumber informasi terpercaya Kaltim Post mengatakan, bahwa kapal sudah berlayar menuju Samarinda. Pihak perusahaan juga sudah berkoordinasi dengan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Samarinda bahwa kapal sudah di Pulau Maratua, Berau, yang berbatasan langsung dengan perairan Malaysia. Dari pihak perusahaan, sudah berkoordinasi dengan Polda Kaltim untuk mengecek keberadaan kapal dan nomor si penelepon. “Menggunakan nomor dari Bandung dan Jakarta,” ungkap pria yang namanya enggan dikorankan tersebut.
Terpisah, Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Fajar Setiawan menerangkan, kabar penyanderaan yang dilakukan komplotan Abu Sayyaf itu tidak benar. “Pelaku diduga melakukan penipuan. Saya meminta masyarakat untuk tidak langsung memercayai kabar tersebut,” sebut Fajar.
Melalui pelacakan nomor, telepon yang digunakan merupakan sindikat penipuan. Sementara itu, disinggung mengenai keberadaan para sandera, Fajar mengaku masih menyelidikinya. Sayangnya, di dua kantor PT Rusianto Bersaudara di Jalan Telkom, Sambutan dan di Jalan Mulawarman, Samarinda Kota yang dihampiri media ini, pihak perusahaan memilih menutup diri dan menghindari awak media.
Dari Tarakan, Kaltim Post ini juga memastikan kabar penyanderaan tersebut. Radar Tarakan (Kaltim Post Group) mengonfirmasi ke Lantamal XIII Tarakan. Kabar yang didapat, informasi pembajakan tersebut adalah palsu alias hoax. “Itu informasi palsu. Posisi kapal pada pukul 18.30 Wita berada sekitar 100 mil dari Kepulauan Maratua dan sedang bergerak menuju Samarinda,” kata Kolonel Laut (P) Djamaludin Malik, Asops Lantamal XIII Tarakan.
Sebab, setelah dilakukan tracking terhadap posisi kapal oleh pihak KSOP Samarinda, tugboat Charles 001 yang menarik tongkang Robby 152 sedang berada di perairan Indonesia. Posisi tepatnya berada di koordinat 02.37.06 U/119.26.08 T dengan kecepatan kapal 7,5 knot haluan 218 derajat. Kepastian ini, lanjut Djamaludin, setelah pihaknya mendapat konfirmasi dan koordinasi dari KSOP Samarinda yang melakukan track.
Hingga malam tadi, Lantamal XIII Tarakan juga melakukan koordinasi yang intens dengan pihak perusahaan, melalui Joko sebagai Kepala Operasional PT Rusianto Bersaudara.
Dijelaskan Djamaludin, setelah informasi ini beredar luas di masyarakat, petugas Lantamal langsung melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk ke Polda Kaltim untuk dilakukan penyelidikan. Dan ternyata, diketahui bahwa nomor telepon yang menghubungi Mega dan memberitakan suaminya disandera adalah nomor telepon dari operator Indonesia.
“Hasil koordinasi dengan Polda Kaltim, dan dilacak ternyata nomor tersebut adalah nomor Bandung. Setelah dicek posisinya berada di Jalan Petamburan Timur (Jakarta),” jelas Djamaludin. Anehnya, saat dilakukan penyelidikan, penelepon gelap tersebut sempat menghubungi kembali dan memberikan nomor telepon baru untuk minta dilakukan negosiasi dengan nomor 021-0000007. “Setelah dicek di Google ternyata ini nomor sindikat penipuan,” tegas Djamaludin.
Meski demikian, pihaknya tetap akan terus melakukan pemantauan terhadap kapal ini. Sebab, hingga malam tadi, kapal tersebut belum dapat dihubungi melalui radio karena berada di Laut Sulawesi. “Kalau benar kapal itu disandera, sudah kita habisi saja karena berada di perairan Indonesia,” ujarnya. Pihak TNI AL pun sudah menyiagakan beberapa KRI di Laut Sulawesi untuk melakukan pengejaran dan memastikan bahwa tugboat Charles 001 yang menarik tongkang Robby 152 benar-benar aman dari pembajak laut.
Beberapa pihak memang bisa saja membantah adanya pembajakan dan penyanderaan kapal tugboat Charles 001 dan tongkang Roby 152 oleh kelompok Abu Sayyaf. Namun fakta menguatkan jika penyanderaan memang terjadi.
Sumber Prokal.co membeberkan, Kamis (23/6) hari ini pukul 10.30 Wita, pihak perusahaan pemilik kapal PT Rusianto Bersaudara yang berada di Jalan Mulawarman Samarinda telah dilaksanakan rapat koordinasi membahas penyanderaan awak tugboat Charles 001 ini. “Ada rapat yang dilaksanakan tadi dan dihadiri instansi terkait,” kata sumber itu.
Ada 7 anak buah kapal (ABK) yang disandera kelompok Abu Sayyaf itu. Sementara 6 ABK lainnya dilepas dan kembali pulang. Ke 7 ABK yang sampai saat ini tak diketahui keberadaannya itu bernama Ferry Arifin (Nakhoda), Muhammad Mahbrur Dahri (KKM), Edy Suryono (Masinis II), Ismail (Muallim 1), Muhammad Sofyan (Oilman), dan Robin Piter (Jurumudi).
Sebelumnya diberitakan, tugboat Charles 001 menarik tongkang Roby 152 berangkat dari Sangasanga Kutai Kartanegara dengan muatan batubara. Dalam perjalanan tak ada hambatan. Namun saat kembali, di perairan Filipina, kapal ini dibajak. Menurut keterangan Mega, istri dari Ismail (Mualim 1) yang ditelepon oleh suaminya, ke 7 ABK itu dibawa dengan dua kapal motor ke sebuah pulau. Sementara 6 lainnya dilepas.
Bisa dibayangkan bagaimana kalutnya para awak tugboat Charles 001 saat pembajak dari kelompok Abu Sayyaf menyergap mereka. Dari cerita awak kapal tugboat Charles 001 yang selamat bernama Syahril (Masinis IV), saat masih di perairan Filipina, 2 perahu mengejar mereka. Sampai di tugboat, kelompok Abu Sayyaf itu langsung mengancam dengan senapan laras panjang dan pistol.
“Kira-kira pukul 11.30 Wita, perahu pertama sampai dan membawa 3 orang awak kapal kami,” Syahril mengatakan, saat itu kelompok 5 orang pembajak berpakaian sipil namun menenteng senjata dan bisa berbahasa melayu.
Setelah dibajak dan awak kapal di sandera, sisa awak kapal sempat memutuskan akan kembali ke Filipina, dengan maksud melaporkan kejadian ini kepada aparat berwenang di Filipina, sekaligus menyelamatkan diri.
Namun, cobaan bagi awak Charles 001 belum selesai, datang kelompok lainnya. 20 menit kemudian, datang lagi kelompok Abu Sayyaf lainnya. “Kali ini mereka berseragam loreng, dan berbahasa Filipina (Tagalog),” lanjutnya.
Kelompok kedua ini berisikan 10 orang. Mereka kemudian membawa 4 orang awak kapal. Total 7 awak kapal yang dibawa dan disandera kelompok Abu Sayyaf ini. Diduga, kelompok yang menculik dan menyandera awak tugboat Charles 001 adalah faksi Abu Sayyaf yang berbeda satu sama lainnya.
Setelah kehilangan 7 awak kapal, sisa awak kapal lainnya (6 orang) memutuskan sesegera mungkin ke perairan Indonesia atau Malaysia, untuk menyelamatkan diri. “Saat itu kami merasa dikejar, terdengar suara tembakan,” katanya. Untuk mempercepat pelarian, awak kapal memutuskan melepas tongkang Roby 152. “Ya terpaksa kami memutus tongkang, agar kapal bisa melaju lebih cepat. Apalagi kami memang terus dikejar,” lanjutnya.
Keputusan mereka tepat, kelompok Abu Sayyaf tak lagi mengejar, dan tugboat naas itu akhirnya bisa mendekat ke perairan Indonesia-Malaysia yang lebih aman. Diperkirakan Jumat besok (24/6), tugboat Charles 001 sudah tiba di Samarinda.
Sebelumnya diberitakan, 7 awak tugboat Charles 001 yang menarik tongkang Roby 152 berangkat dari Sanga-Sanga Kaltim menuju Filipina. Perjalanan ke Filipina lancar, namun saat kembali dari Filipina, tepatnya Senin lalu (20/6) kapal dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf.
Pihak TNI dan kepolisian sempat membantah adanya pembajakan dan penyanderaan dan menyatakan kabar tersebut tak benar alias hoax. Pihak perusahaan PT Rusianto Bersaudara sendiri mengakui sempat tak percaya ada pembajakan dan penyanderaan. Alasannya, saat di tracking kapal baik saja dan berada di perairan Indonesia. Pun pembajak yang menelepon Mega, istri dari Ismail (Mualim 1), nomornya tercatat nomor Bandung. Bahkan dicurigai bagian dari sindikat penipuan, karena meminta tebusan miliaran rupiah.
(iza)
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memastikan bahwa kabar penculikan terhadap warga negara Indonesia (WNI) oleh kelompok Abu Sayyaf adalah tidak benar.
"Saya pastikan itu bohong," kata Gatot, usai menghadiri buka bersama di kediaman Ketua DPD Irman Gusman, Jakarta, Rabu (22/6/2016). Namun Mega istri Ismail mengaku, "Saya enggak tahu lagi harus gimana. Yang penting, mudah-mudahan ini bisa segera ditangani Pemerintah Indonesia, dan saya berharap suami cepat pulang," ucapnya.
Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan informasi penyanderaan kapal asal Indonesia, Tugboat Charles 00 beserta 13 ABK oleh kelompok militan Abu Sayyaf di perairan Filipina pada Rabu (22/6) juga tidak benar. Hal itu dipastikan setelah menghubungi pihak yang mengatasnamakan keluarga awak kapal tersebut. "Kami konfirmasi dengan staf KSOP Samarinda atas nama bapak Zul Qodri berita tersebut tidak benar," kata Eddy Mulya selaku Minister Counsellor-Political Affairs KBRI Manila.
Eddy mengatakan, hasil koordinasi dengan bapak Joko selaku kepala operasional PT.Rusianto Bersaudara, yang memberikan keterangan bahwa nomor telepon yang menghubungi Ibu Mega (istri Ismail, Mualim 1) yang memberitakan suaminya disandera adalah nomor 3 (three). Namun setelah diselidiki keberadaan nomor tersebut tidak jelas. Sebelumnya, informasi penyanderaan susulan ini disampaikan Mega, bahwa suaminya mengabarkan melalui sambungan telepon sekitar pukul 11.00 WITA pagi tadi. Kelompok Abu Sayyaf juga dikabarkan meminta uang tebusan 20 juta ringgit.
"Ada nomor lain telpon ke handphone saya, ternyata suami saya yang menelpon, mengabarkan kalau dia disandera Abu Sayyaf di atas kapal," kata Mega kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, di kawasan Sungai Kapih RT 04, Sambutan, Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (22/6). "Suami saya minta diberitahukan ke perusahaan (PT Rusianto Bersaudara) bahwa penyandera minta uang tebusan 20 juta ringgit," sebut Mega, sambil menitikkan air matanya.
Kediaman Mega, terus berdatangan tetangga dan sanak keluarganya, menaruh iba terkait kabar itu. Untuk sementara ini, dari pihak perusahaan yang berkantor di Samarinda, belum berhasil dikonfirmasi terkait kabar penyanderaan 13 ABK Tugboat Charles 00 itu.
Baik Panglima TNI dan pejabat Kemenlu, adalah bagian dari pembantu Presiden Jokowi. Daam misi Nawa Cita nya salah satu jika ada persoalan pada rakyat, maka negara hrus hadir dalam rangka melindungi segenap bangsa Indonesia. Benar atau tidaknya, sebaiknya Panglima TNI dan pejabat Kemenlu mencari tahu secara benar, tepat dan pasti. Jika pun ada kebohongan, hasil pelacakan nomor hap yang kontak Mega harusnya ditahan jika dianggap ada modus penipuan.
Jangan hendaknya disusahkan keluarga pelaut yang sedang dirundung duka ditengah ketidak pastian ketika baik Panglim TNI maupun pejabat Kemenlu menyatakannya berita tidak benar. Sekali lagi kami, Pelaut Senior, minta jangan membuat susah keluarga pelaut yang ditinggalkan suaminya untuk menafkahi seisi rumah tangganya. Dengan demikian, bohongnya berita itupun seharusnya Negara Hadir untuk memberi ketenangan keluarga pelaut yang juga warga negara Indonesia ini.
Selamat Berjuang Selalu Sahabat ....
Jakarta, 23 Juni 2016.
Baca juga 7 ABK Indonesia Disandera Kelompok Teroris Abu Sayyaf Filipina?
kata-kata gombal pelaut gaji besar seorang pelaut diatas kapal kontainer cruise